Kamis, 03 Agustus 2023

Memasak Bisa Menyelamatkan Dunia

 

Sumber Gambar Pixabay

Malam itu, saya asyik menemani anak belajar sembari mendengarkan adik saya cerita. Katanya bosan makan makanan di luar. Laahhh, saya malah pingin makan di luar sekali-kali, wkwkwk. Usut punya usut ternyata sang istri tidak sempat memasak. Dimaklumi, ipar saya adalah wanita karier. Kerja sebagai pegawai BUMN membuatnya sangat sibuk sampai akhirnya tidak sempat masak. Belum lagi mengurus dua anak balita. Sungguh merepotkan!

Saya menasihati adik saya agar memaklumi kesibukan istrinya. Tapi adik saya berkilah. Menurutnya, kondisi saya dan istrinya sama saja. Sama-sama bekerja. Tapi kenapa saya sempat masak tiap hari. Padahal, saya juga tidak setiap saat sempat memasak. Apalagi kalau ada pekerjaan yang mendadak dan mendesak dikerjakan, pasti akan membeli lauk jadi juga.

Lain lagi dengan cerita teman kantor saya. Teman saya bercerita bahwa tidak banyak resep masakan yang dia tahu. Pernah suatu ketika anaknya ingin sekali makan sambal tempe orek tapi bingung pakai bumbu apa. Padahal, menurut orang yang bisa masak ya itu perkara mudah saja. Bumbunya simpel. Alhasil, anaknya ngambek karena mamanya tidak bisa masak tempe orek.

 Jadi, setuju tidak kalau saya bilang bahwa bisa masak itu penting?

Menurut saya, sebagai ibu rumah tangga sekaligus ibu bekerja, bisa masak adalah sesuatu yang penting. Walaupun yang dimasak hanya masakan yang sederhana saja. Yang penting keluarga suka. Itu saja. Jadi tidak perlu jago masak seperti chef terkenal kan? Tapi kalau mau memperdalam skill memasak tentu banyak cara yang bisa dilakukan. Resep bertebaran di mana-mana. Bisa tanya ke saudara atau teman. Bahkan melihat resep di Youtube terasa lebih gampang.

Jadi, kenapa saya mengharuskan diri saya bisa masak? Pastinya banyak hal yang menjadi alasan saya. Menghemat anggaran belanja dapur adalah salah satunya. Bayangkan dengan anggota keluarga empat orang, makan tiga kali sehari pasti butuh uang yang banyak untuk membeli makanan siap saji di luar. Memasak bisa menghemat uang yang kita punya. Dan satu kali memasak bisa dua sampai tiga kali makan. Lumayan kan? Walaupun saya harus rela berburu waktu ketika pagi hari sebelum berangkat kerja.

Cukup mudah sebenarnya. Tapi masalah bisa muncul ketika anak-anak nggak mood dengan masakan yang sudah saya masak. Padahal biasanya suka. Yahh namanya juga anak-anak ya kadang berubah-ubah seleranya. Dan kadang berbeda selera dengan saudaranya yang lain. Itu yang bikin pusing. Padahal waktu di pagi hari sangat mepet. Belum lagi siap-siap untuk pergi ke kantor dan lain-lain.

Untuk mengatasi hal tersebut biasanya saya ngobrol dulu bareng anak-anak pada malam sebelumnya. Mereka akan menetukan list dan menunggu kesanggupan saya. Disitu akan terjadi tawar-menawar. Apalagi kalau bahannya tidak tersedia maka saya akan minta keringanan, hehehe. Dengan begitu kesepakatan akan tercapai. Minimal pagi-pagi bisa mengurangi drama masalah masak-memasak.

Selain itu, dengan memasak sendiri kita bisa menakar kebutuhan jumlah asupan makanan untuk anggota keluarga. Disesuaikan dengan kebiasaan makan dan kesukaan keluarga. Jadi tidak ada makanan yang mubazir. Pernah dengar kan, kalau di Indonesia ini banyak sekali sampah makanan yang berasal dari rumah tangga? Berdasarkan data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) mencatat bahwa sampah sisa makanan  Indonesia mencapai 46,35 juta ton dalam skala nasional pada tahun 2021. Banyak sekali, ya.

Nah, kita tidak mau kan kalau sampah makanan terus menumpuk? Kita bisa memulainya dari rumah sendiri. Saya misalnya, dalam hal berbelanja bahan pangan saya akan menyesuaikan dengan menu masakan yang sudah direncanakan. Beli sesuai kebutuhan, tidak berlebihan. Belanjanya pun di pasar tradisional, lebih murah dan segar. Biasanya saya juga selalu menaruh bahan pangan di food container dan menyimpannya di kulkas. Sayuran dan bahan lainnya akan lebih awet dan tidak mudah busuk.

Segala persiapan yang saya lakukan tersebut, membuat saya lebih mudah memasak. menghemat waktu, tenaga dan uang. Di hari libur Sabtu dan Minggu, biasanya saya akan mencoba resep-resep baru. Dan sesekali membuat cemilan. Kalau anak-anak dan suami suka, masakan tersebut akan menjadi list di pekan berikutnya. Itu kalau tidak sibuk atau mager, hehehe..

Ternyata tidak sulit. Aktivitas memasak adalah sesuatu yang harus dibiasakan, kalau mau bisa masak. Seperti peribahasa yang mengatakan "Alah bisa karena biasa." Kalau kita biasa memasak maka keahlian akan bertambah seiring waktu dan jenis masakan pun pasti akan lebih beragam. Ingat pepatah, dimana ada kemauan disitu ada jalan. Dimana ada usaha pasti ada hasil. Yakinlah, bahwa keahlian memasak akan membuat hidup kita sebagai ibu rumah tangga menjadi lebih mudah dan berkah. Aamiin.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Instalasi Hidroponik #Ramadhan Journey

Instalasi Hidroponik milik kak Ama di Kabupaten Majene Tiga hari yang lalu, sebelum pulang ke Mamuju, saya menyempatkan berkunju...